Perihal engkau, dapatkah aku berhenti bicara tentangmu? sedang bahasa tubuhku tak pernah kehabisan cara, menggambarkan bayangmu. Pada pekat kabut kugambar garis partitur, barangkali akan terdengar olehmu sebuah lagu, lantunan melodi debar jantungku kala mengingat paras manis manjamu. Mengingatmu, napasku menerbangkan selembar kertas, sebuah puisi mengapung di udara, sekali pun tak menjelma kupu-kupu, siapa tau akan sampai padamu. Kau menggambarkan rindu dibibirku, dan gugurlah semua warna senja di tubuhku. Pun perihal rindu menggebu-gebu, kusebut barisan kata menyusun namamu, ketika sujud dalam Doaku, berharap Ia buka belenggu rindu tuk bertemu melihat senyum indahmu.